PENYEBARAN ISLAM SETELAH KHULAFAUR RASYIDIN (BANI
UMAYYAH)
Masa
pemerintahan Khulafaur Rasyidin berakhir dengan terbunuhnya Ali bin Abi Thalib.
Kelompok pendukung Ali mengangkat Hasan bin Ali untuk menjadi khalifah.
Kelompok pendukung Mu’awiyah mengangkat Mu’awiyah bin Abu Sufyan.
Sebagai khalifah Hasan menyerahkan
kekuasaan kepada Mu’awiyah sehingga kekhalifahan dipegang oleh Bani Umayyah
dengan nantinya setelah Mu’awiyah meninggal, pemerintahan akan dikembalikan
kepada umat islam. Akan tetapi, perjanjian ini tidak pernah diwujudkan dan
dengan diangkatnya Mu’awiyah sebagai khalifah, berdirilah Kerajaan Bani
Umayyah. Pendiri Kerajaan Umayyah adalah Mu’awiyah bin abu Sufyan.
Nama Umayyah merupakan nama kakek kedua
dari Mu’awiyah yang bernama Umayyah bin Abdus Syam. Pergantian kepemimpinan
Kerajaan Umayyah berdasarkan keturunan. Hal ini berbeda dengan zaman Khulafaur
Rasyidin yang dipilih langsung rakyat.
Perjalanan
Kerajaan Umayyah
Daulah Umayyah memegang tampuk
kekhalifahan selama dua periode, di Suriah hampir satu abad, yaitu sejak 30-132
H atau 660-750 M dan di Spanyol selama 275 tahun, yaitu 756-1031 M. Perluasan
wilayah kekuasaan Islam pada masa Daulah Umayyah telah memasuki benua Eropa
bahkan telah mencapai wilayah Byzantium.
Pada masa pemerintahan Mu’awiyah
dilakukan berbagai perubahan dalam pemerintahan. Mengingat berbagai
pengamalannya yang pernah menjadi Gubernur di Syam, Mu’awiyah melakukan
perubahan pemerintahan, yaitu membentuk jawatan perhubungan (jawatan pos) dan
jawatan pendaftaran. Mu’awiyah menduduki jabatan sebagai Khalifah selama hampir
20 tahun.
Para Khalifah pada masa Bani Umayyah,
antara lain:
a. Mu’awiyah bin Abu
Sufyan
b. Yazid bin Mu’awiyah
c. Mu’awiyah binYazid
d. Marwan bin Hakam
e. Abdul Malik bin
Marwan
f. AL-Walid bin Abdul
Malik
g. Sulaiman bin Abdul
Malik
h. Umar bin Abdul Azis
i. Yazid bin Abdul Malik
j. Hisyam bin Abdul
Malik
Sepeninggal Mu’awiyah, pemerintahan
dipegang oleh Yazid bin Mu’awiyah. Pada masa pemerintahannya, prinsip
musyawarah yang telah dicanangkan oleh Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin mulai
bergeser ke bentuk monarki absolut.
Artinya, pemimpin merupakan raja yang
diangkat secara turun-temurun. Akan tetapi, raja-rajanya masih menggunakan
gelar khalifah. pemerintahan Yazid diwarnai oleh berbagai pergolakan politik.
Hal ini semakin memuncak setelah terbunuhnya cucu Rasulullah SAW, yaitu Husain
bin Ali.
Setelah Yazid wafat, pemerintahan
digantikan oleh Mu’awiyah II. Namun, Mu’awiyah II tidak sanggup memerintah dan
menyerahkan kepemimpinannya kepada Marwan bin Hakam. Akan tetapi, Marwan hanya
memerintah selama 9 bulan dan mengundurkan diri karena tidak bisa menghadapi
pergolakan politik yang terjadi, sampai akhirnya suasana kerajaan bisa
dipulihkan setelah Abdul Malik bin Marwan menjadi khalifah.
Masa kejayaan Bani Umayyah dimulai
ketika Abdul Malik bin Marwan memerintah 66-86 H Atau 685-705 M. Berbagai
kemajuan dilakukan Abdul Malik , diantaranya:
a. Menetapkan Bahasa
Arab sebagai bahasa resmi.
b. Mendirikan Balai
kesehatan untuk rakyat.
c. Mendirikan Masjid di
Damaskus.
Kejayaan Kerajaan Umayyah semakin
menonjol setelah diperintahkan Al-Walid bin Abdul Malik, yaitu tahun 86-96 H
atau 705-715 M. Pada masanya, kerajaan Umayyah mampu memperluas wilayah
kekuasaan Islam sampai ke India, Afrika Utara, hingga Maroko, dan Andalusia.
Pada masa ini perluasan wilayah Islam meliputi sebagai berikut:
a. Wilayah kekuasaan
Kerajaan Romawi di Asia Kecil meliputi Ibukota Konstantinopel serta perluasan
ke beberapa pulau di Laut Tengah.
b. Wilayah Afrika Utara
sampai ke pantai Atlantik dan menyeberangi selat Jabal tarik (Selat Gibraltar).
c. Wilayah Timur, Bagian
Utara di seberang sungai Jihun (Amru Daria).
Ketika kekuasaan Islam berada di tangan
kerajaan Bani Umayyah, seni bangunan, misalnya bangunan Qubatus Sarkah di
Yerussalem dan bangunan Masjid Nabawiyah di Madinah dapat mencapai ketinggian
melampaui batas seni bangun Gothik di Eropa. Sementara itu, perkembangan ilmu
pengetahuan pun tidak ketinggalan. Misalnya, bidang–bidang kedokteran,
filsafat, kimia, astronomi, dan ilmu ukur berkembang dengan sangat pesat.
Keruntuhan
Kerajaan Umayyah
Masa kejayaan Bani Umayyah mulai
menurun. Ada beberapa kelemahan yang menjadi suramnya kekuasaan Bani Umayyah,
di antaranya:
a. Mulai hilangnya
persatuan Islam yang dibina sejak zaman Rasulullah.
b. Orang mulai
mementingkan dunia dan mengabaikan urusan agama
c. Menghilangnya
demokrasi Islam dan mulainya penggunaan Monarki absolut
d. Adanya pemberontakan
dari Kaum Hawarij, Syiah dan Bani Abbas.
Khalifah terakhir dari Bani Umayyah
bernama Marwan bin Muhammad. Ia tidak mampu lagi menghadapi gerakan perlawanan
dari Bani Abbas. Pada 5 Agustus 750 M, Marwan bin Muhammad terbunuh oleh Shalih
Bin Ali.
Penyebaran Islam pada kekhalifahan Bani
Umayyah meliputi wilayah Asia Kecil, yaitu kerajaan Romawi (Konstantinopel),
Asia Utara sampai ke wilayah Spanyol, dan Selat Jabal Tarik, hingga mencapai
Asia Tengah sampai perbatasan Tiongkok (China).
Hal penting yang dicapai pada masa Bani
Umayyah, yaitu:
a. Menetapkan Bahasa
Arab sebagai Bahasa resmi;
b. Mendirikan masjid
Agung di Damaskus;
c. Membuat mata uang
bertuliskan kalimat syahadat;
d. Mendirikan rumah
sakit di berbagai wilayah;
e. Menyempurnakan
peraturan pemerintah;
f. Melakukan pembukuan
Hadits Nabi
Pada masa Daulah Bani Umayyah
perkembangan kebudayaan mengalami kemajuan dan juga bidang seni, terutama seni
bahasa, seni suara, seni rupa, dan seni bangunan (Arsitektur).
1. Seni Bahasa
Kemajuan seni bahasa sangat erat
kaitannya dengan perkembangan bahasa. Sedangkan kemajuan bahasa mengikuti
kemajuan bangsa. Pada masa Daulah Bani Umayyah kaum muslimin sudah mencapai
kemajuan dalam berbagai bidang, yaitu bidang politik, ekonomi, sosial, dan ilmu
pengetahuan. Dengan sendirinya kosakata bahasa menjadi bertambah dengan
kata-kata dan istilah –istilah baru yang tidak terdapat pada zaman sebelumnya.
Kota Basrah dan Kufah pada zaman itu
merupakan pusat perkembangan ilmu dan sastra (adab). Di kedua kota itu
orang-orang Arab muslim bertukar pikiran dalam diskusi-diskusi ilmiah dengan
orang-orang dari bangsa yang telah mengalami kemajuan terlebih dahulu. Di kota
itu pula banyak kaum muslimin yang aktif menyusun dan menuangkan karya mereka
dalam berbagai bidang ilmu. Maka dengan demikian berkembanglah ilmu tata bahasa
(Ilmu Nahwu dan sharaf) dan Ilmu Balaghah, serta banyak pula lahir-lahir
penyair-penyair terkenal.
2. Seni Rupa
Seni rupa yang berkembang pada zaman
Daulah Bani Umayyah hanyalah seni ukir, seni pahat, sama halnya dengan zaman
permulaan, seni ukir yang berkembang pesat pada zaman itu ialah penggunaan khat
arab (kaligrafi) sebagai motif ukiran.
Yang terkenal dan maju ialah seni ukir
di dinding tembok. Banyak Al-Qur’an, Hadits Nabi dan rangkuman syair yang di
pahat dan diukir pada tembok dinding bangunan masjid, istana dan gedung-gedung.
3. Seni Suara
Perkembangan seni suara pada zaman
pemerintahan Daulat Bani Umayyah yang terpenting ialah Qira’atul Qur’an,
Qasidah, Musik dan lagu-lagu lainnya yang bertema cinta kasih.
4. Seni Bangunan
(Arsitektur)
Seni bangunan atau Arsitektur pada masa
pemerintahan Daulah Bani Umayyah pada umumnya masih berpusat pada seni bangunan
sipil, seperti bangunan kota Damaskus, kota Kairuwan, kota Al- Zahra. Adapun
seni bangunan agama antara lain bangunan Masjid Damaskus dan Masjid Kairuwan,
begitu juga seni bangunan yang terdapat pada benteng- benteng pertahanan masa
itu.
Adapun kemajuan dalam bidang ilmu
pengetahuan, berkembangnya dilakukan dengan jalan memberikan dorongan atau
motivasi dari para khalifah. Para khalifah selaku memberikan hadiah-hadiah
cukup besar bagi para ulama, ilmuwan serta para seniman yang berprestasi dalam
bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan dan untuk kepentingan ilmu pengetahuan
di sediakan anggaran oleh negara, itulah sebabnya ilmu pengetahuan berkembang
dengan pesatnya.
Pusat penyebaran ilmu pengetahuan pada
masa itu terdapat di masjid-masjid. Di masjid-masjid itulah terdapat kelompok
belajar dengan masing-masing gurunya yang mengajar ilmu pengetahuan agama dan
umum ilmu pengetahuan agama yang berkembang pada saat itu antara lain ialah,
ilmu Qira’at, Tafsir, Hadits Fiqih, Nahwu, Balaqhah dan lain-lain. Ilmu tafsir
pada masa itu belum mengalami perkembangan pesat sebagaimana yang terjadi pada
masa pemerintahan Daulah Bani Abbasiyah. Tafsir berkembang dari lisan ke lisan
sampai akhirnya tertulis. Ahli tafsir yang pertama pada masa itu ialah Ibnu Abbas,
salah seorang sahabat Nabi yang sekaligus juga paman Nabi yang terkenal.
Untuk perkembangan ilmu Hadits sendiri
terjadi setelah ditemukan banyak penyimpangan dan penyelewengan dalam
meriwayatkan hadits atau setelah diketahui banyaknya hadits-hadits palsu yang
dibuat oleh kelompok tertentu untuk kepentingan politik.
Karena itulah
dirasakan adanya keperluan untuk menyusun buku hadits. Di antara para ahli
Hadits (Muhaddits) yang terkenal masa itu ialah Muhammad bin Syihab A-Zuhri,
beliau pula yang mula-mula menyusun ilmu hadits dan mula-mula membukukan
perkataan, perbuatan, ketepatan ataupun sifat-sifat Nabi SAW yang disebut
dengan hadits itu.
Tag :
agama
0 Komentar untuk "PENYEBARAN ISLAM SETELAH KHULAFAUR RASYIDIN (BANI UMAYYAH)"