Peristiwa Hari Akhir
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ
سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ
فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ
ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ
مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ
اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا
زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ
الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ
رَقِيْبًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ
ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ
أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ
فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّا بَعْدُ’ فَإِنَّ
أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَديِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحَدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ
بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ.
Hadirin
jamaah shalat Jum’at rahimakumullah
Hendaknya
seorang Muslim senantiasa bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat yang telah
Allah limpahkan kepada kita semua, baik nikmat keimanan, kesehatan dan
keluangan waktu sehingga kita bisa melaksanakan kewajiban kita menunaikan
shalat Jum’at. Dan hendaklah kita berhati-hati agar jangan sampai menjadi orang
yang kufur kepada nikmat Allah. Allah berfirman:
“Jikalau kalian bersyukur pasti kami akan menambah
(nikmat) kepadamu, dan jika kalian mengingkari (nikmatKu), maka sesungguhnya
siksaku sangat pedih.” (Ibrahim: 7).
Demikian
pula kami wasiatkan untuk senantiasa bertakwa kepada Allah dalam segala keadaan
dan waktu. Takwa, sebuah kata yang ringan diucapkan akan tetapi tidak mudah
untuk diamalkan.
Ketahuilah,
wahai saudaraku rahimakumullah, tatkala Umar bin Khaththab Radhiallaahu
anhu bertanya kepada shahabat Ubay bin Ka’ab Radhiallaahu anhu tentang
takwa, maka berkatalah Ubay: “Pernahkah Anda berjalan di suatu tempat yang
banyak durinya?” Kemudian Umar menjawab: “Tentu” maka berkatalah Ubay: “Apakah
yang Anda lakukan”, berkatalah Umar: “Saya sangat waspada dan hati-hati agar
selamat dari duri itu”. Lalu Ubay berkata “Demikianlah takwa itu” (Tafsir Ibnu
Katsir, Juz 1, hal. 55).
Demikianlah
takwa yang diperintahkan oleh Allah dalam kitabNya yakni agar kita senantiasa
waspada dan hati-hati dalam setiap tindakan keseharian kita, dan juga dalam
ucapan-ucapan kita, oleh karena itu janganlah kita berbuat dan berucap kecuali
berdasarkan ilmu.
Ma’asyiral
Muslimin rahimakumullah.
Hendaklah
kita bersegera mencari bekal guna menuju pertemuan kita dengan Allah karena
kita tidak tahu kapan ajal kita itu datang. Dan Allah berfirman:
“Dan berbekallah, maka sesungguhnya sebaik-baiknya bekal
adalah takwa, dan bertakwalah kepadaKu hai orang-orang yang berakal.”
(Al-Baraqah:197).
Ketahuilah
wahai saudaraku rahimakumullah.
Manusia
setapak demi setapak menjalani tahap kehidupan-nya dari alam kandungan, alam
dunia, alam kubur dan alam akhirat. Tahap-tahap tersebut harus dijalani sampai
akhirnya nanti kita akan menemui alam akhirat tempat kita memperhitungkan
amalan-amalan yang telah kita lakukan di dunia. Maka tatkala kita mendengar
ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi yang memberitakan tentang ahwal
(keadaan) hari Akhir, hendaklah hati kita menjadi takut, menangislah mata kita,
dan menjadi dekatlah hati kita kepada Allah.
Akan
tetapi bagi orang yang tidak memiliki rasa takut kepada Allah tatkala disebut
kata Neraka, adzab, ash-shirat dan lain sebagainya seakan terasa ringan
diucapkan oleh lisan-lisan mereka tanpa makna sama sekali. Na-uzu billahi min
dzalik. Mari kita perhatikan firman Allah dalam surat Al-Haqqah ayat 25-29.
“Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari
sebelah kirinya maka dia berkata; “Wahai alangkah baiknya kiranya tidak
diberikan kepadaku kitabku (ini) dan aku tidak mengetahui apakah hisab
(perhitungan amal) terhadap diriku. Duhai seandainya kematian itu adalah
kematian total (tidak usah hidup kembali). Hartaku juga sekali-kali tidak
memberi manfaat kepadaku, kekuasaanku pun telah lenyap dari-padaku”.(Al-Haqqah
25-29)
Dalam
ayat ini Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam tafsirnya juz IV hal 501, menerangkan
bahwa ayat tersebut menggambarkan keadaan orang-orang yang sengsara. Yaitu
manakala diberi catatan amalnya di padang
pengadilan Allah dari arah tangan kirinya, ketika itulah dia benar-benar
menyesal, dia mengatakan penuh penyesalan: ‘Andai kata saya tidak usah diberi
catatan amal ini dan tidak usah tahu apakah hisab (perhitungan) terhadap
saya (tentu itu lebih baik bagi saya) dan andaikata saya mati terus dan tidak
usah hidup kembali.
Coba
perhatikan ayat selanjutnya:
“Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya,
kemudian masukkanlah dia ke dalam api Neraka yang menyala-nyala kemudian
belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta”
(Al-Haqqah ayat 30-32).
Bagi
kaum beriman yang mengetahui makna yang terkandung dalam ayat tersebut, menjadi
tergetarlah hatinya, akan menetes air mata mereka, terisaklah tangis mereka dan
keluarlah keringat dingin di tubuh mereka, seakan mereka saat itu sedang
merasakan peristiwa yang sangat dahsyat. Maka tumbuhlah rasa takut yang amat
mendalam kepada Allah kemudian berlindung kepada Allah agar tidak menjadi orang-orang
yang celaka seperti ayat di atas.
Jama’ah
shalat Jum’at rahimakumullah.
Sesungguhnya
manusia akan dibangkitkan pada hari Kiamat dan akan dikumpulkan menjadi satu
untuk mempertanggungjawab-kan diri mereka. Allah berfirman:
“Dan dengarkanlah pada hari penyeru (malaikat) menyeru
dari tempat yang dekat, yaitu pada hari mereka mendengar teriakan dengan
sebenar-benarnya, itulah hari keluar (dari kubur)”
(Qaf: 41-42).
Juga
Allah berfirman dalam surat
Al-Muthaffifin: 4-7.
“Tidakkah orang itu yakin bahwa
sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada hari yang besar, (yaitu) hari
ketika manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam”.
Dan
manusia dibangkitkan dalam keadaan حُفَاةً
عُرَاةً غُرْلاً (mereka tidak beralas kaki, telanjang dan
tidak berkhitan), sebagaimana firman Allah:
“Sebagaimana kami telah memulai penciptaan pertama,
begitulah kami akan mengulangnya (mengembalikannya)”
(Al-Anbiya:104).
Manusia
akan dikembalikan secara sempurna tanpa dikurangi sedikitpun, dikembalikan
dalam keadaan demikian bercampur dan berkumpul antara laki-laki
dan perempuan. Dan tatkala Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam menceritakan hal
itu kepada ‘Aisyah Radhiallaahu anha maka berkatalah ia: “Wahai Rasulullah
antara laki-laki dan perempuan sebagian mereka melihat kepada sebagian yang
lain?”, kemudian Rasulullah berkata:
اْلأَمْرُ أَشَدُّ مِنْ
أَنْ يَنْظُرَ بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ.
“Perkara pada hari itu lebih keras dari pada sekedar
sebagian mereka melihat kepada sebagian lainnya.”
(Hadits shahih riwayat Al-Bukhari nomor 6027 dan Muslih nomor 2859 dari hadits
‘Aisyah Radhiallaahu anha ).
Pada
hari itu laki-laki tidak akan tertarik kepada wanita dan sebaliknya, sampai
seseorang itu lari dari bapak, ibu dan anak-anak mereka karena takut terhadap
keputusan Allah pada hari itu. Sebagaimana firman Allah:
“Pada hari ketika manusia lari dari saudara-saudaranya,
dari ibu dan bapaknya, dari istrinya dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka
pada hari itu mempunyai urusan yang sangat menyibukkan”. (Q.S.
Abasa: 34-37).
Demikianlah
peristiwa yang amat menakutkan yang akan terjadi di akhirat nanti,
mudah-mudahan menjadikan kita semakin takut kepada Allah.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ
وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ،
نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ
لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، أَمَّا بَعْدُ؛
Dari mimbar Jum’at
ini kami sampaikan pula bahwasannya pada hari Akhir nanti matahari akan
didekatkan di atas kepala-kepala sehingga bercucuran keringat mereka sehingga
sebagian mereka akan tenggelam oleh keringat-keringat mereka sendiri, akan
tetapi hal itu tergantung dari apa yang telah mereka perbuat di dunia.
Imam
Muslim meriwayatkan dalam hadits yang shahih nomor 2864 dari hadits Al-Miqdad
bin Al-Aswad Radhiallaahu anhu , berkata: Rasulullah Shallallaahu alaihi wa
Salam bersabda:
تُدْنَى الشَّمْسُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ مِنَ الْخَلْقِ حَتَّى تَكُوْنَ مِنْهُمْ كَمِقْدَارِ مِيْلٍ،
فَيَكُوْنُ النَّاُس عَلَى قَدْرِ أَعْمَالِهِمْ فِي الْعَرَقِ، فَمِنْهُمْ مَنْ
يَكُوْنُ إِلَى كَعْبَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُوْنُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ، وَمِنْهُمْ
مَنْ يَكُوْنُ إِلَى حَقْوَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يُلْجِمُهُ الْعَرَقُ
إِلْجَامًا. وَأَشَارَ رَسُوْلُ اللهِ بِيَدِهِ إِلَى فِيْهِ.
“Matahari akan didekatkan pada hari Kiamat kepada para
makhluk sampai-sampai jarak matahari di atas kepala mereka hanya satu mil, maka
manusia mengeluarkan keringat tergantung amalan-amalan mereka. Di antara mereka
ada yang mengeluarkan keringat sampai mata kakinya dan ada yang sampai
lututnya, ada juga yang sampai pinggangnya dan ada yang ditenggelamkan oleh
keringat mereka.” Dan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa
Salam memberi isyarat dengan tangannya ke mulutnya.
Dan
seandainya ada yang bertanya “bagaimana itu bisa terjadi sedangkan mereka
berada pada tempat yang satu?” Maka Syaikh Al-Utsaimin Rahimahullaah menjawab pertanyaan
tersebut sebagai berikut: “Ada
sebuah kaidah yang hendaknya kita berpegang kepada kaidah itu, yaitu bahwa
perkara ghaib, wajib bagi kita untuk mengimaninya dan membenarkannya tanpa
menanyakan bagaimananya, karena perkara tersebut berada diluar jangkauan
akal-akal kita, kita tidak mampu mengetahui dan meng-gambarkannya.
Demikianlah
sebagian peristiwa di hari Akhir dan masih banyak lagi peristiwa yang akan kita
alami yang hal itu akan menggetarkan hati bagi orang-orang Mukmin dan
menjadikan mereka semakin takut kepada Allah.
إِنَّ اللهَ
وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا
صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ
سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ
ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا
وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا
صِغَارًا. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً
وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ
وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ
وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا
اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ
وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Tag :
agama
0 Komentar untuk "Peristiwa Hari Akhir"