Tegakkan Sunnah
Hapuskan Bid'ah
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَأَشْكُرُهُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ
وَأَسْتَغْفِرُهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، دَعَا إِلَى اللهِ عَلَى بَصِيْرَةٍ
فَاسْتَجَابَ لِدَعْوَتِهِ الرَّاشِدُوْنَ، فَصَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ
عَلَيْهِ وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
قَالَ تَعَالَى: يَا
أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ
إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
Amma
ba’du.
Kaum
Muslimin para hamba Allah yang berbahagia!
Ketahuilah
hadirin sekalian bahwa agama Islam pada asalnya sama seperti agama samawiyah
lainnya yang diturunkan Allah, dengannya Allah mengutus para Rasul; yaitu agama
yang dibangun di atas dasar ittiba’ (mengikuti) dan kepatuhan pada apa
yang disampaikan Allah dan RasulNya. Sebab sebuah ajaran tidak dapat disebut
Ad-Dien kecuali bila di dalamnya ada kepatuhan pada Allah Subhannahu
wa Ta'ala dan ittiba’ pada apa yang diserukan oleh
RasulNya.
Dan
sebaik-baik petunjuk yang harus ditempuh oleh orang –orang yang mengharapkan
kejayaan, sebaik-baik jalan yang mesti dilalui oleh orang-orang shaleh adalah:
petunjuk dan jalan yang digariskan oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam
kepada umatnya. Tidak ada lagi pertunjuk yang lebih baik dari pada petunjuk
beliau. Tidak ada lagi jalan hidup yang lebih lurus selain dari pada jalan
hidup yang beliau tempuh.
“Dan
(hukum) siapakah yang lebih baik dari pada (hukum) Allah, bagi orang-orang yang
yakin.” (Al-Maidah: 50)
Namun
ternyata iblis -la’natullah ‘alaihi- tidak pernah berhenti
menyesatkan anak cucu Adam. Dengan berbagai cara tipu muslihat ia mencoba
memalingkan mereka dari cahaya ilmu lalu membiarkan mereka tersesat dan
kebingungan dalam gelapnya kebodohan. Dari situlah iblis kemudian memasukkan
hal-hal yang secara lahiriah adalah perbuatan baik/amal shaleh ke dalam agama
namun sebenarnya ia tidak pernah dituntunkan Allah dan RasulNya. Muncullah
berbagai keyakinan dan amalan yang tidak pernah diajarkan Rasulullah
Shallallaahu alaihi wa Salam Lahirlah i’tiqad dan perbuatan yang tak
pernah dikenal oleh generasi terbaik ummat ini; generasi As-Salafus shalih
ridlwanullah ‘alaihim, Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:
إِنَّهُ مَنْ يَعِشْ
مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ
الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ، عَضُّوْا عَلَيْهَا
بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ، فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ
ضَلاَلَةٌ.
“Sesungguhnya barangsiapa yang hidup di antara kalian maka ia akan melihat
perselisihan yang banyak, (maka saat itu) ikutilah
sunnahku dan sunnah para khulafa’ Ar-rasyiddin yang mendapatkan hidayah,
gigitlah (sunnah)dengan gigi-gigi geraham (berpegang teguh), dan
jauhilah perkara-perkara yang dibuat-buat (dalam agama), karena setiap bid’ah
itu sesat.” (HR. Abu Dawud dan At-Tarmidzi
ia katakan hadits hasan shahih)
Yang dimaksud dengan bid’ah adalah segala perkara yang
dibuat-buat dalam agama yang sama sekali tidak memiliki dasar dalam syari’ah .
Dan barangsiapa yang mencoba melakukan hal ini, maka ia akan masuk dalam
ancaman Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam :
مَنْ أَحْدَثَ فِي
أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ.
“Barangsiapa yang membuat-buat hal baru dalam urusan (agama) kami, apa-apa
yang tidak ada keterangan darinya maka ia itu tertolak.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dan riwayat Muslim yang lain, beliau bersabda:
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً
لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ.
“Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan yang tidak
dilandasi/sesuai dengan keterangan kami, maka ia itu tertolak.”
Para hamba Allah yang berbahagia.
Hadits
yang baru saja kita simak ini merupakan dasar terpenting dalam ajaran Islam.
Hadits ini merupakan standar yang harus digunakan untuk mengukur dan menilai sebuah
amalan secara lahiriah, sehingga -berdasarkan hadits ini- amalan apapun dilemparkan
kembali kepada pelakunya. Sehingga berdasarkan hadits ini pula perbuatan apa
pun yang diada-adakan dalam Islam bila tidak diizinkan oleh Allah dan RasulNya,
maka tidaklah boleh dikerjakan; bagaimanapun baik dan bergunanya menurut akal
kita. Imam Nawawy menjelaskan bahwa hadits yang mulia ini adalah salah satu
hadits penting yang harus dihafal dan digunakan untuk membantah dan membatalkan
segala bentuk kemungkaran dalam Islam.
Kaum
Muslimin yang dirahmati Allah!
Sesungguhnya
perilaku bid’ah dan segala perilaku yang mengarah pada penambahan terhadap
ajaran Islam adalah tindakan kejahatan yang amat sangat nyata. Bila kejahatan
bid’ah ini dilakukan maka “kejahatan-kejahatan” lain yang akan muncul, di
antaranya:
Perilaku
bid’ah menunjukkan bahwa pelakunya telah berprasanga buruk (suudhan)terhadap
Allah Subhannahu wa Ta'ala dan RasulNya yang telah menetapkan risalah
Islam, karena pelaku bid’ah telah menganggap bahwa agama ini belumlah sempurna
sehingga perlu diberikan ajaran-ajaran tambahan agar lebih sempurna. Itulah
sebabnya Imam Malik bin Anas rahimahullah pernah berkata: “Barangsiapa
yang membuat-buat sebuah bid’ah dalam Islam yang ia anggap baik, maka sungguh
ia telah menuduh Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam telah mengkhianati
risalah yang diturunkan Allah padaNya, karena Allah berfirman:
“Pada hari ini telah Kusempurnakan buat kalian dien
kalian, dan telah kucukupkan atas kalian nikmatKu, dan telah Aku relakan Islam
sebagai agama kalian.” (QS. Al-Maidah:3)
Oleh
karena itu, apapun yang pada saat itu tidak temasuk dalam Ad-Dien maka hari
inipun ia tak dapat dijadikan (sebagai bagian) Ad-Dien.
Disamping
itu, berdasarkan point pertama maka dampak negatif lain dari perilaku bid’ah
adalah bahwa hal ini akan mengotori dan menodai keindahan syari’ah Islam yang
suci dan telah disempurnakan oleh Allah Subhannahu wa Ta'ala . Perbuatan ini
akan memberikan kesan bahwa Islam tidaklah pantas menjadi pedoman hidup karena
ternyata belum sempurna.
Perbuatan
bid’ah juga akan mengakibatkan terhapusnya dan hilangnya syi’ar-syi’ar As
Sunnah dalam kehidupan umat Islam. Hal ini disebabkan tidak ada satupun bid’ah
yang muncul dan menyebar melainkan sebuah sunnah akan mati bersamanya, sebab
pada dasarnya bid’ah itu tidak akan muncul kecuali bila As-Sunnah telah
ditinggalkan. Sahabat Nabi yang mulia, Ibnu Abbas Rahimahullaah pernah
menyinggung hal ini dengan mengatakan:
مَا أَتَى عَلَى النَّاسِ
عَامٌ إِلاَّ أَحْدَثُوْا فِيْهِ بِدْعَةً وَأَمَاتُوْا فِيْهِ سُنَّةً حَتَّى
تَحْيَا الْبِدْعَةُ وَتَمُوْتَ السُّنَّةُ.
“Tidaklah datang suatu tahun kepada ummat manusia kecuali
mereka membuat-buat sebuah bid’ah di dalamnya dan mematikan As-Sunnah, hingga
hiduplah bid’ah dan matilah As-Sunnah.”
Tersebarnya bid’ah juga akan menghalangi kaum Muslimin
untuk memahami ajaran-ajaran agama mereka yang shahih dan murni. Hal ini
tidaklah mengherankan, karena ketika mereka melakukan bid’ah tersebut maka saat
itu mereka tidak memandangnya sebagai sesuatu yang salah, mereka justru
meyakininya sebagai sesuatu yang benar dan termasuk dalam ajaran Islam. Hingga
tepatlah kiranya apa yang dinyatakan oleh Imam Sufyan Ats Tsaury:
اَلْبِدْعَةُ أَحَبُّ
إِلَى إِبْلِيْسَ مِنَ الْمَعْصِيَةِ. اَلْمَعْصِيَةُ يُتَابُ مِنْهَا
وَالْبِدْعَةُ لاَ يُتَابُ مِنْهَا.
“Bid’ah itu lebih disenangi oleh syaitan dari pada
perbuatan maksiat, karena perbuatan maksiat itu (pelakunya) dapat bertaubat
(karena bagaimanapun ia meyakini bahwa perbuatannya adalah dosa) sedangkan
bid’ah (pelakunya) sulit untuk bertaubat (karena ia melakukannya dengan
keyakinan hal itu termasuk ajaran agama, bukan dosa).
Hadirin
yang dimuliakan oleh Allah!
Dengan
demikian jelaslah sudah bahwa perbuatan bid’ah adalah tindak kejahatan yang
sangat nyata terhadap syari’at Islam yang suci dan telah disempurnakan oleh
Allah. Dan tidak ada jalan lain untuk membasmi hal tersebut kecuali dengan
mendalami dan melaksanakan sunnah Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam
, tidak ada penyelesaian lain kecuali dengan mengembalikan semua perkara
kepada hukum Allah dan RasulNya.
“Dan bahwa (yang kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang
lurus, maka ikutilah ia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain),
karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu
diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa.” (Al-An’am:
153)
Bid’ah
adalah gelombang taufan yang dapat menenggelam-kan siapapun, dan As-Sunnah yang
shahihah adalah “bahtera Nuh”; siapapun yang mengendarainya akan selamat dan
siapa yang meninggalkannya akan tenggelam.
Kaum
Muslimin, para hamba Allah yang berbahagia!
Setiap
jalan selain jalan Allah disitu terdapat syetan yang akan selalu mengajak dan
menanamkan rasa cinta kepada perilaku bid’ah lalu perlahan-lahan menjauhkan
kita dari As-Sunnah. Ini adalah salah satu langkah syetan dimana secara
bertahap ia membisikkan syubhat-syubhat itu ke dalam amal nyata; baik dengan
mengurangi atau menambah i’itiqad maupun amalan yang tak pernah
dituntunkan oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam. Sangat banyak kaum
Muslimin yang jatuh dan menjadi korban; syetanpun telah memperoleh
kemenangan “peperangan” ini dalam banyak kesempatan; baik ketika seorang hamba
meyakini i’tiqad tertentu yang menyelisihi Al-Qur’an dan As-Sunnah atau
ketika seorang hamba mengerjakan amalan ibadah tertentu yang tidak pernah
digariskan dalam risalah Al-Islam.
Namun
Ahlus Sunnah wal Jama’ah satu-satunya golongan yang selamat dan
satu-satunya kelompok yang akan dimenangkan Allah telah menetapkan Kitabullah
dan Sunnah RasulNya ke dalam lubuk hati mereka yang paling dalam.
Nasihat Allah dan Rasulnya telah tersimpan abadi dalam
jiwa-jiwa mereka. Allah Yang Maha Bijaksana telah menanamkan dalam hati mereka
keyakinan akan kesempurnaan Ad-Dien ini, bahwa kebahagiaan dan ketenangan yang
hakiki hanyalah dicapai bila berpegang teguh kepada Wahyu Allah dan Sunnah
RasulNya, sebab apapun selain keduanya adalah kesesatan dan kebinasaan! Sebab
segala kebaikan terdapat dalam ittiba’ kepada kaum salaf dan segala keburukan
terdapat dalam perilaku bid’ah kaum Khalaf!
Hadirin
yang berbahagia dan dirahmati Allah!
Akhirnya,
saya kembali mengulang wasiat untuk selalu bertaqwa kepada Allah Subhannahu wa
Ta'ala. Waspadailah segala perilaku bid’ah, yang kecil maupun yang besar dalam
Ad-Dien ini karena ia akan menanggung dosanya dan dosa
orang-orang yang mengerjakanya hingga hari Kiamat. Rasulullah
Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:
مَنْ سَنَّ سُنَّةً
سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا إِلَى يَوْمِ
الْقِيَامَةِ لاَ يُنْقَصُ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْئًا.
“Barangsiapa yang mempelopori perbuatan buruk maka ia akan
menanggung dosanya dan dosa orang-orang yang mengerjakannya hingga hari qiamah
tanpa dikurangi dari dosa-dosa mereka sedikitpun.” (HR.
Muslim)
Hendaklah setiap Muslim yang merasa takut kepada Rabb-nya, selalu
memperhatikan perbuatan dan amalnya, akan kemanakah kakinya melangkah? Karena
boleh jadi ia meletakkan kakinya dijalan
yang salah tanpa disadari.
Marilah kita menanamkan tekad sebesar-besarnya untuk
mengkaji, mendalami, melaksanakan dan menda’wakan As-Sunnah disetiap lapangan
kehidupan kita, agar tidak ada lagi bid’ah-bid’ah yang menodai kehidupan kita,
sehingga menghalangi kaum Muslimin untuk meraih kejayaannya. Insya’ Allah.
بَارَكَ اللهُ لِيْ
وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ
مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ
اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ.
Khutbah Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ
نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ
لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا
كَثِيْرًا. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ
حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ
تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا} وَقَالَ: {وَمَن يَتَّقِ
اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا}. ثُمَّ اعْلَمُوْا
فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ فَقَالَ:
{إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ
الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ،
وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ،
إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا
اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا
آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ
أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ
الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. وَأَقِمِ الصَّلاَةَ.
Tag :
agama
0 Komentar untuk "Tegakkan Sunnah Hapuskan Bid'ah"