PUSAT ILMU PENGETAHUAN DAN AGAMA

Cuplikan Syair Cinta Qais dan Laila



Banyak orang berkata
Bersenanglah engkau dengan gadis lain
Itu adalah kata pelipur lara
Namun menjadi duri dalam hatiku

Kukatakan kepada mereka
Dengan air mata berderai
Dan hatiku hancur luluh
Sayap cinta telah memeluk
Dan membawa jiwaku terbang
Aku mencintai dia
Dan tidak tertarik pada gadis lain
Pandanganku telah tertunduk, dan mata terpejam
Kepada selain dia

Wahai kau pujangga
Ulurkan tanganmu
Untuk menyambut kekasihku
Kalbu penuh asmara
Kuberikan padamu

Mungkin engkau diberi dua gelas minuman
Satu gelas kebencian
Agar engkau melupakan diriku
Sedang satu gelas berisi anggur kesenangan
Agar engkau rela menerima orang lain sebagai gantiku
Duh kekasih
Kuingat dirimu
Jangan rusakkan hubungan
Yang  orang lain selalu ingin menyempurnakannya
Kelak engkau akan melihat
Beda antara cinta dan nafsu

Sedang diriku pemuda, demi Allah
Tali kasih yang telah bersemi
Akan kusiram dan kupupuk
Agar cinta yang kau beri tetap terjaga selamanya
Dan aku haramkan atas diriku
Segala yang tidak engkau sukai

Aku akan selalu menjaga tali cinta kita
Walau kau tak disisiku
Namun aku yakin
Cintamu selalu hadir dihatiku


Berlalu masa, saat orang- orang meminta
Pertolongan padaku
Dan sekarang, adakah seseorang penolong
Yang mengabarkan rahasia jiwaku pada dirinya?
Cinta telah membuatku lemah tak berdaya
Seperti anak hilang, jauh dari keluarga dan harta
Cinta laksana air yang menetes menimpa bebatuan
Waktu terus berlalu
Dan bebatuan itu akan hancur
Berserak bagai pecahan kaca
Begitulah cinta yang kau bawa padaku
Dan kini hatiku telah hancur binasa
Hingga orang- orang memanggilku si dungu
Yang suka merintih dan menangis
Mereka mengatakan aku telah tersesat

Mana mungkin cinta akan menyesatkan
Jiwa mereka sebenarnya kering, laksana dedaunan diterpa panas mentari
Begitu cinta adalah keindahan yang membuatku tak bisa memejamkan mata
Pemuda manakah yang dapat selamat dari api cinta

Dan semua yang tampak dari manusia adalah kebencian
Namun cinta telah memberi kekuatan pada manusia 
Orang-orang yang mencemooh hubungan kita 
Sesungguhnya mereka tidak tahu, bahwa asmara tersimpan di dalam hati.

Layla telah dikurung, dan orang tuanya mengancamku
Dengan niat jahat lagi kejam, aku tidak bisa bertemu lagi
Ayahku dan ayahnya sesak dada dan sakit hati padaku,
Bukan karena apapun juga, hanya karena aku
Mencintai Layla

Mereka menganggap cinta adalah dosa
Cinta bagi mereka adalah noda
Yang harus dibasuh hingga bersih
Padahal kalbuku telah menjadi tawanannya
Dan ia juga merindukanku

Cinta masuk ke dalam sanubari tanpa kami undang
Ia bagai ilham dari langit yang menerobos
Dan bersemayam dalam jiwa kami
Dan kini kami akan mati karena cinta asmara
Yang telah melilit seluruh jiwa
Katakan padaku, siapa orang yang bisa
Bebas dari penyakit cinta?



Wahai kau kekasihku
Berjanjilah pada keagungan cinta
Agar sayap cinta dapat terbang bebas
Melayanglah bersama cinta
Laksana anak panah menuju sasaran

Cinta tidak pernah membelenggu
Karena cinta adalah pembebas yang akan melepaskan buhul- buhul keberadaan
Cinta adalah pembebas dari segala belenggu
Walau dalam cinta, setiap gelas adalah kesedihan
Namun jiwa pecinta akan memberi kehidupan baru

Banyak racun yang harus kita teguk
Untuk menembah kenikmatan cinta
Atas nama cinta, racun yang pahit pun akan terasa manis
Bertahanlah kekasihku, dunia diciptakan untuk kaum pecinta
Dunia ada karena cinta



Bila bulan purnama tenggelam
Ataukah matahari terlambat terbit
Maka cahaya wajahnya akan menggantikan sinarnya
Senyumnya bukan hanya terhenti di mulut
Namun menjadi cahaya dari sinar purnama seluruhnya

Rembulan dan matahari akan tersipu malu
Karena cahayanya tak sebanding
Dengan sinar matanya
Bila ia berkedip, maka bintang kejora akan menyembunyikan diri
Tidak akan lagi tercipta gadis seperti dia

Dan aku diciptakan hanya untuk dia
Kata- kata pujian yang dia ucapkan
Bagai sebutir pasir di gurun Sahara
Tak sebanding dengan kecantikannya
Karena segala pujian yang dimiliki manusia
Tak sebanding dengan pesonanya

Dia diberi nikmat, dengan segala kebaikannya
Bila ia hendak berjalan ke sebuah bukit
Maka seakan- akan bukit itu yang mendekat padanya
Karena sang bukit tidak ingin,
gadis secantik itu dihinggapi kelelahan



Bila kakiku terperosok, aku menyebut namanya
Aku bermimpi dalam tidurku hidup bersama dia
Apabila disebut namanya
Hilanglah kekuatan jiwaku
Hatiku seperti sirna ditelan namanya
Demi Allah
Hampir saja aku gila karena memikirkannya
Makin lama dadaku sesak karena rindu

Kaumku mengecam
Jika aku tidak berhenti menyebut namanya
Maka darahnya akan tumpah membasahi Bumi
Bunuhlah aku dan biarkan dia
Setelah nyawaku melayang, janganlah kalian hina dia
Cukup apa yang ia derita karena cinta
Mungkin ia akan menuduhku tak setia dengan janji
Dan aku tidak mampu mencegahnya
Ku campur tinta dengan air mataku
Untuk menulis surat padanya

Inilah saat kukuburkan jiwaku untuknya
Aku khawatir jika ajalku tiba
Tak dapat memandang wajahnya


Jiwa orang yang dimabuk cinta
Akan merasa sakit karena rindu
Sebab pecinta ingin selalu bersama
Tapi halangan tiada akan henti- henti
Pecinta seperti dua ekor kijang di bukit tandus
Walau tiada makanan, tetapi tetap bersama

Atau seperti burung merpati
Walau terbang bebas di angkasa luas
Tetap saja kembali pada kekasihnya
Atau laksana ikan tuna
Tetap tabah walau dipermainkan ombak
Timbul tenggelam di laut

Walau selalu dicaci dan dicela
Batin menjerit tubuh binasa
Meski lapar dan disia- siakan
Namun jiwa pecinta akan selalu memaafkan

Pecinta tidak membutuhkan pujian
Dan pengorbanan pecinta tidak akan sia- sia
Kulihat bintang kutub dan bintang kejora

Dimana pula cinta
Sekecil apapun, cinta tetap berkuasa di singgahsana hati
Dan bagi pecinta
Kebahagiaan dan kesedihan sama indahnya
Karena cinta sejati tidak mengenal kesia-siaan

Jiwaku dan jiwanya akan tetap bersama
Andaipun tidak di dunia
Pasti jiwa kami akan bersatu di liang lahat
Dan kelak akan dibangkitkan bersama
Hingga dapat bersatu selama-lamanya

Mataku berkurban untuknya
Dengan segenap curahan air mata
Berharap liang lahatnya adalah liang lahatku
Agar janazah kita bersatu




Apakah yang sedang mengalir dalam jiwaku ini?
Siapa yang sedang memandangku?

Wahai bunga mawar itu telah dicabut dari taman hatiku
Untuk menjadi penghias taman yang lain
Namun tidak mungkin menjadi layu

Wahai engkau, aku lelah dimabukkan oleh rasa cinta
Mana mungkin aku menolak kenikmatan ini
Duduklah di rumpun palem ini
Agar dapat kunikmati manisnya anggur cintamu

Wahai kemanakah engkau saat aku merana
Terusir dan kehilangan dirimu?
Hidup hanya menjalar sesaat diuratku
Dan bukan menjadi milikmu
Sejak harapan tidak tersenyum lagi padaku
Aku hanya bisa meratap
Mengenang dan menyesali masa lalu
Aku berteman derita dan hinaan
Kedukaan tersenyum padaku, dan aku tersenyum padanya
Sedang kedukaan membuat engkau ketakutan
Padahal engkau yang telah menciptakannya
Diriku selalu diliputi kesengsaraan
Semenjak engkau mereguk kebahagiaan

Tag : puisi
0 Komentar untuk "Cuplikan Syair Cinta Qais dan Laila"

Back To Top