Banyak orang berkata
Bersenanglah engkau dengan
gadis lain
Itu adalah kata pelipur
lara
Namun menjadi duri dalam
hatiku
Kukatakan kepada mereka
Dengan air mata berderai
Dan hatiku hancur luluh
Sayap cinta telah memeluk
Dan membawa jiwaku terbang
Aku mencintai dia
Dan tidak tertarik pada
gadis lain
Pandanganku telah
tertunduk, dan mata terpejam
Kepada selain dia
Wahai kau pujangga
Ulurkan tanganmu
Untuk menyambut kekasihku
Kalbu penuh asmara
Kuberikan padamu
Mungkin engkau diberi dua
gelas minuman
Satu gelas kebencian
Agar engkau melupakan
diriku
Sedang satu gelas berisi
anggur kesenangan
Agar engkau rela menerima
orang lain sebagai gantiku
Duh kekasih
Kuingat dirimu
Jangan rusakkan hubungan
Yang orang lain
selalu ingin menyempurnakannya
Kelak engkau akan melihat
Beda antara cinta dan
nafsu
Sedang diriku pemuda, demi
Allah
Tali kasih yang telah
bersemi
Akan kusiram dan kupupuk
Agar cinta yang kau beri
tetap terjaga selamanya
Dan aku haramkan atas
diriku
Segala yang tidak engkau
sukai
Aku akan selalu menjaga
tali cinta kita
Walau kau tak disisiku
Namun aku yakin
Cintamu selalu hadir
dihatiku
Berlalu masa, saat orang-
orang meminta
Pertolongan padaku
Dan sekarang, adakah
seseorang penolong
Yang mengabarkan rahasia
jiwaku pada dirinya?
Cinta telah membuatku lemah
tak berdaya
Seperti anak hilang, jauh dari keluarga dan harta
Cinta laksana air yang
menetes menimpa bebatuan
Waktu terus berlalu
Dan bebatuan itu akan hancur
Berserak bagai pecahan kaca
Begitulah cinta yang kau bawa
padaku
Dan kini hatiku telah hancur
binasa
Hingga orang- orang
memanggilku si dungu
Yang suka merintih dan
menangis
Mereka mengatakan aku telah
tersesat
Mana mungkin cinta akan
menyesatkan
Jiwa mereka sebenarnya
kering, laksana dedaunan diterpa panas mentari
Begitu cinta adalah keindahan
yang membuatku tak bisa memejamkan mata
Pemuda manakah yang dapat
selamat dari api cinta
Dan semua yang tampak dari
manusia adalah kebencian
Namun cinta telah memberi
kekuatan pada manusia
Orang-orang yang mencemooh
hubungan kita
Sesungguhnya mereka tidak
tahu, bahwa asmara tersimpan di dalam hati.
Layla telah dikurung, dan
orang tuanya mengancamku
Dengan niat jahat lagi kejam,
aku tidak bisa bertemu lagi
Ayahku dan ayahnya sesak dada
dan sakit hati padaku,
Bukan karena apapun juga,
hanya karena aku
Mencintai Layla
Mereka menganggap cinta
adalah dosa
Cinta bagi mereka adalah noda
Yang harus dibasuh hingga
bersih
Padahal kalbuku telah menjadi
tawanannya
Dan ia juga merindukanku
Cinta masuk ke dalam sanubari
tanpa kami undang
Ia bagai ilham dari langit
yang menerobos
Dan bersemayam dalam jiwa
kami
Dan kini kami akan mati
karena cinta asmara
Yang telah melilit seluruh
jiwa
Katakan padaku, siapa orang
yang bisa
Bebas dari penyakit cinta?
Wahai kau kekasihku
Berjanjilah pada keagungan cinta
Agar sayap cinta dapat terbang bebas
Melayanglah bersama cinta
Laksana anak panah menuju sasaran
Cinta tidak pernah membelenggu
Karena cinta adalah pembebas yang akan melepaskan buhul- buhul
keberadaan
Cinta adalah pembebas dari segala belenggu
Walau dalam cinta, setiap gelas adalah kesedihan
Namun jiwa pecinta akan memberi kehidupan baru
Banyak racun yang harus kita teguk
Untuk menembah kenikmatan cinta
Atas nama cinta, racun yang pahit pun akan terasa manis
Bertahanlah kekasihku, dunia diciptakan untuk kaum pecinta
Dunia ada karena cinta
Bila bulan purnama
tenggelam
Ataukah matahari terlambat
terbit
Maka cahaya wajahnya akan
menggantikan sinarnya
Senyumnya bukan hanya
terhenti di mulut
Namun menjadi cahaya dari
sinar purnama seluruhnya
Rembulan dan matahari akan
tersipu malu
Karena cahayanya tak
sebanding
Dengan sinar matanya
Bila ia berkedip, maka
bintang kejora akan menyembunyikan diri
Tidak akan lagi tercipta
gadis seperti dia
Dan aku diciptakan hanya
untuk dia
Kata- kata pujian yang dia
ucapkan
Bagai sebutir pasir di
gurun Sahara
Tak sebanding dengan
kecantikannya
Karena segala pujian yang
dimiliki manusia
Tak sebanding dengan
pesonanya
Dia diberi nikmat, dengan
segala kebaikannya
Bila ia hendak berjalan ke
sebuah bukit
Maka seakan- akan bukit
itu yang mendekat padanya
Karena sang bukit tidak
ingin,
gadis secantik itu dihinggapi kelelahan
gadis secantik itu dihinggapi kelelahan
Bila kakiku terperosok, aku menyebut namanya
Aku bermimpi dalam tidurku hidup bersama dia
Apabila disebut namanya
Hilanglah kekuatan jiwaku
Hatiku seperti sirna ditelan namanya
Demi Allah
Hampir saja aku gila karena memikirkannya
Makin lama dadaku sesak karena rindu
Kaumku mengecam
Jika aku tidak berhenti menyebut namanya
Maka darahnya akan tumpah membasahi Bumi
Bunuhlah aku dan biarkan dia
Setelah nyawaku melayang, janganlah kalian hina dia
Cukup apa yang ia derita karena cinta
Mungkin ia akan menuduhku tak setia dengan janji
Dan aku tidak mampu mencegahnya
Ku campur tinta dengan air mataku
Untuk menulis surat padanya
Inilah saat kukuburkan jiwaku untuknya
Aku khawatir jika ajalku tiba
Tak dapat memandang wajahnya
Jiwa orang yang dimabuk
cinta
Akan merasa sakit karena
rindu
Sebab pecinta ingin
selalu bersama
Tapi halangan tiada akan
henti- henti
Pecinta seperti dua ekor
kijang di bukit tandus
Walau tiada makanan,
tetapi tetap bersama
Atau seperti burung
merpati
Walau terbang bebas di
angkasa luas
Tetap saja kembali pada
kekasihnya
Atau laksana ikan tuna
Tetap tabah walau
dipermainkan ombak
Timbul tenggelam di laut
Walau selalu dicaci dan
dicela
Batin menjerit tubuh
binasa
Meski lapar dan disia-
siakan
Namun jiwa pecinta akan
selalu memaafkan
Pecinta tidak membutuhkan
pujian
Dan pengorbanan pecinta
tidak akan sia- sia
Kulihat bintang kutub dan
bintang kejora
Dimana pula cinta
Sekecil apapun, cinta
tetap berkuasa di singgahsana hati
Dan bagi pecinta
Kebahagiaan dan kesedihan
sama indahnya
Karena cinta sejati tidak
mengenal kesia-siaan
Jiwaku dan jiwanya akan
tetap bersama
Andaipun tidak di dunia
Pasti jiwa kami akan
bersatu di liang lahat
Dan kelak akan
dibangkitkan bersama
Hingga dapat bersatu
selama-lamanya
Mataku berkurban untuknya
Dengan segenap curahan
air mata
Berharap liang lahatnya
adalah liang lahatku
Agar janazah kita bersatu
Apakah yang sedang mengalir dalam jiwaku ini?
Siapa yang sedang memandangku?
Wahai bunga mawar itu telah dicabut dari taman hatiku
Untuk menjadi penghias taman yang lain
Namun tidak mungkin menjadi layu
Wahai engkau, aku lelah dimabukkan oleh rasa cinta
Mana mungkin aku menolak kenikmatan ini
Duduklah di rumpun palem ini
Agar dapat kunikmati manisnya anggur cintamu
Wahai kemanakah engkau saat aku merana
Terusir dan kehilangan dirimu?
Hidup hanya menjalar sesaat diuratku
Dan bukan menjadi milikmu
Sejak harapan tidak tersenyum lagi padaku
Aku hanya bisa meratap
Mengenang dan menyesali masa lalu
Aku berteman derita dan hinaan
Kedukaan tersenyum padaku, dan aku tersenyum padanya
Sedang kedukaan membuat engkau ketakutan
Padahal engkau yang telah menciptakannya
Diriku selalu diliputi kesengsaraan
Semenjak engkau mereguk kebahagiaan
Tag :
puisi
0 Komentar untuk "Cuplikan Syair Cinta Qais dan Laila"